Menurut para psikolog, marah
merupakan salah satu emosi dasar manusia. Artinya setiap orang memiliki potensi
marah yakni sikap yang timbul karena ketidaksukaan atas sesuatu atau kejadian. Meski
demikian, penyebab dan wujud dari emosi marah bisa bermacam-macam tergantung
perspektif atau cara pandang seseorang.
Ada sebagain besar orang tua mewujudkan
marahnya melalui bentakan, pukulan, kata-kata kasar, mata melotot dan
sejenisnya. Atau sebagian lain spontan marah ketika anak membuat kegaduhan,
memecahkan gelas atau mogok mandi. Beberapa kasus diungkapkan oleh Wening
Wulandaru dalam bukunya Marah yang Bijak.
Tujuan paling umum orang tua
melakukan marah adalah menginginkan anaknya tidak mengulangi lagi tindakan yang
dianggap tidak menyenangkan orang tua. Namun kenyataannya, keinginan orang tua
yang diwujudkan dengan marah tidak dipahami demikian oleh anak. Anak lebih
cendrung menerima pesan bahwa orang tuanya kejam, diktakror, atau selalu
marah-marah. Demikian hasil interview yang dilakukan oleh Bunda Wening, sapaan
akrabnya kepada beberapa anak usia 4 sampai 8 tahun.

Dengan demikian perlu ada
evaluasi wujud marah orang tua, bukan menghilangkan emosi marah dalam pola
pengasuhan. Bagaimanapun jika dikelola secara
benar, marah justru memberi dampak positif baik bagi orang tua maupun anak. "Marah merupakan suatu bentuk komunikasi, mengkomunikasikan kekecewaan dan harpan-harapan pelaku," tulis direktur Asy-Syifa Institute ini. Marahlah dengan baik dan benar. Bukan marah yang mengikuti hawa nafsu serta
menimbulkan kerusakan. Melainkan marah yang semata menunjukkan ketidaksepakatan
atas tindakan tertentu dan dengan wujud yang tidak menyakiti baik fisik dan
psikis pihak dimarahi.
Nah, untuk bisa mengubah wujud marah
yang cendrung destruktif, di buku tersebut penulis memaparkan beberapa langkah
yang bisa dipraktekkan langsung. Dimulai dari tehnik relaksasi yakni aktivitas
melibatkan pergerakan anggota badan secara mudah dan dapat dilakukan di mana
saja guna membantu mengatasi stres. Seseorang yang memiliki tingkat stres yang
tinggi akan berpotensi mudah mengumbar amarah bahkan terkadang hanya disebabkan
permasalahan kecil.
Tehnik pengendalian marah lainnya
adalah breaking state yakni pemutusan pola dari suatu kondisi tertentu
baik berupa ucapan maupun gerakan dengan tujuan untuk beralih ke kondisi yang
baru. Dan tehnik ini bersumber dari hadist Rasulullah; “Apabila engkau marah
dalam keadaan berdiri maka duduklah. Jika engkau masih marah maka berbaringlah
dan jika masih marah maka ambillah air
wudhu.” (HR Abu Dawud) Diharapkan dengan mengubah posisi tubuh akan mengubah
kondisi dan suasana hati.
Lalu jika ada orang tua mengatakan
bahwa ia marah pada anaknya karena ia menyayanginya. Boleh jadi demikian bila
saja wujud marah orang tua menjadikan anak menyadari kesalahnnya dan tidak
mengulangi lagi. Bukan justru menciptakan jarak antara hubungan orang tua dan
anak.
Yuk para orang tua belajar marah!
***
Identitas buku
Judul : Marah yang Bijak
Penulis : Bunda Wening
Penerbit : Tinta Medina, 2016
Tebal : xx + 107 hlm.
0 komentar:
Posting Komentar