Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata: Bersabda Rasulullah saw. :
Islam mulai berkembang dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali asing pula.
Maka beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR Muslim)
Merujuk pada hadist ini, boleh jadi kondisi tersebut telah terjadi. Muslim yang iltizam (komitmen) dengan keIslamannya tersisih dari pergaulan masyarakat. Bahkan di tengah masyarakat muslim sendiri.
Merujuk pada hadist ini, boleh jadi kondisi tersebut telah terjadi. Muslim yang iltizam (komitmen) dengan keIslamannya tersisih dari pergaulan masyarakat. Bahkan di tengah masyarakat muslim sendiri.
Penyebabnya adalah Islam hanya
sebagai identitas keberagaam. Islam tidak menjadi konsep hidup dan kehidupan. Bukan
perkara mudah bisa bertahan di tengah keterasingan. Meski bukan berarti tidak
mungkin.
Hadir sebagai pembicara di acara seminar parenting dengan
tema Menjadi Ibu Tangguh di Akhir Zaman, Kiki Barkiah mengulas banyak hal
terkait pola pengasuhan yang meski dijalankan oleh orang tua muslim. “Semua bagian
interaksi dengan anak dapat dihubungkan dengan Al-Qur’an dan hadist. Sehingga,
anak akan merujuk permasalah yang dihadapinya kepada sumber Islam tersebut,”
ujarnya. Ketika anak menemui perbedaan antara apa yang diajarkan di rumah
dengan di lingkungan, ia akan mempertimbangkan baik-buruknya. Artinya anak dapat memilih sesuatu berdasarkan
aturan Islam.
Untuk menanamkan imunitas pada jiwa anak adalah tugas orag
tua. “Jangan malu dianggap asing,” tandasnya. Perkembangan zaman dengan kecanggihan
tehnologi dan gaya hidup hedonis memiliki dampak kian beragamnya permasalahan
yang dihadapi generasi mendatang. Ancaman terhadap akidah anak semakian komplek.
Sebagai contoh hasil survey yang dilakukan oleh Yayasan Kita
dan Buah Hati terhadap 2.594 anak kelas 4, 5 dan 6 SD. Hasilnya menunjukkan 98
persen anak pernah melihat konten pornografi. Konten diakses melalui handphone
baik pada film, video klip, games online, komik online maupun situs internet.
Sementara di lingkungan kita sekarang sudah sangat biasa melihat anak-anak memiliki smartphone
sendiri dengan fasilitas data internet. Selain itu masih ada kasus-kasus amoral, kekerasan, serta kriminalisasi yang
melibatkan anak baik sebagai korban atau pelaku dengan jumlahnya yang tak terhitung.
Konsep orang tua mempersipkan anak menghadapi ‘akhir zaman’
sebenarnya sudah terjabar dalam Al-Qur’an dan hadist. Ada tiga pilihan. Pertama
membiarkan saja anak menjadi buih di lautan sebagaimana sabda Rasulullah. Jumlahnya
banyak namun tidak memiliki kekuatan sehingga mengikuti kemanapun gelombang
menghempaskannya.
Kedua, menjadi generasi terpilih sebagaimana para pemuda yang
menjadi bagian dari pasukan pembebas Konstatinopel. Ketiga, menjadikan anak yang memegang teguh keimanannya. Jikalau
belum mampu memilih kelompok kedua, minimal terkategori kelompok ketiga. Dan
jangan pernah menjadi bagian dari golongan pertama.
Ketika menanggapi pertanyaan peserta mengenai sistem
pendidikan di Indonesia dinilai kurang mendukung pembentukan karakter Islami
pada anak, ibu enam putra-putri tersebut berujar, “ciptakan sistem.” Dari pada
menghabiskan energi mengkritisi sistem yang kita tidak punya kewenangan untuk
mengubahnya. Akan lebih baik menghabiskan energi untuk menciptakan sistem sendiri
yang mampu mewujudkan visi misi pengasuhan anak. Atau mengadopsi sistem yang
masih bisa dikolaborasikan guna mendidik generasi terbaik.
Materi siroh menjadi kurikulum wajib dalam pengasuhan anak
karena dari sirohlah anak akan mengambil teladan sifat dan sikap Rasulullah
sebagai sebaik-baik manusia. Pilihan sekolah pun haruslah mendukung konsep
pengasuhan anak. “Saya mengajar sendiri semua anak-anak karena kondisi mereka
yang memerlukan perlakuan khusus,” ceritanya yang menargetkan semua anak telah
hafidz 3o juz Al-Qur'an sebelum mereka baliqh.
Namun tidak semua anak harus mengikuti homeschooling.
Ada anak yang justru perkembangan potensinya lebih pesat saat mengikuti
pelajaran dengan sistem klasikan di sekolah formal. Terpenting adalah orang tua memiliki waktu utama untuk
mendidik anak-anak. Tugas memasak, menyapu dilakukan disela-sela mendidik anak.
Mengelap kaca, mencuci mobil dilakukan disela-sela mendidik anak. Bukan
sebaliknya.
Acara yang digelar Salimah PC Kalidoni pada
Ahad (05/03) mendapat antusias luar biasa dari para ibu, remaja putri hingga meriah oleh kehadiran cukup banyak bayi dan balita. Termasuk sang pembicara yang membawa serta bayinya yang berusia kurang dari satu bulan. "Tidak perlu mencari banyak alasan untuk berbuat kebaikan," pungkas Aspi Zaitun selaku ketua PW Salimah Sumsel. Beberapa peserta
mendapat kesempatan untuk menyampaikan testimoni di akhir acara.
0 komentar:
Posting Komentar