Seperti halnya menyusui, penyapihan yang dilakukan oleh ibu juga
memerlukan tehnik dan tahapan tertentu. Tujuannya agar proses penyapihan tidak
berdampak buruk pada fisik dan psikologis anak dan juga ibu. Keluhan yang
paling sering dialami ibu adalah payudara membengkak, terasa kencang dan perih
disertai demam akibat penumpukan ASI.
Sementara bayi yang disapih secara mendadak terkadang mengalami diare,
demam, rewel, sering mengamuk serta selalu gelisah. Hal yang paling awal
dilakukan oleh ibu sebelum memulai proses penyapihan adalah menjalin kedekatan
emosional dan komunikasi yang hangat dengan anak. Secara fitrah kondisi bayi
sangat tergantung pada kondisi emosional ibu.
Waktu yang tepat untuk memulai penyapihan adalah pada saat bayi dinilai
sudah siap disapih atau dikenal dengan istilah menyapih alami. Kesiapan bayi
dilihat dari kemampuan anak mengkonsumsi makanan sesuai tahap perkembangan
usianya. Kecukupan asupan gizi sangat diperlukan oleh batita. Selain juga
diperhatikan kesiapan bayi berinteraksi sosial dengan orang selain ibunya
seperti ayah atau saudara-saudaranya.
Jika merujuk pada Al-Qur’an, masa penyusuan dijelaskan dalam surat
Al-Baqarah ayat 233, “dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua
tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna .... Apabila keduanya
ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka
tidak ada dosa atas keduanya.” Menurut Ibnu Katsir ayat tersebut merupakan perintah agar ibu
maksimal melakukan peyusuan selama dua tahun.
Sedikit berbeda dengan pendapat Ibnu Abbas yang menyimpulkan bahwa lama
dua tahun hanya berlaku pada bayi yang
lahir prematur. Beliau mengungkapkan
berlandaskan surat al-Ahqaf ayat 15. “Kami perintahkan kepada manusia supaya
agar berbuat baik kepada orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah
payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai
menyapihnya selama tiga puluh bulan,...”
Ukuran waktu 30 bulan adalah masa mengandung dan menyusui. Artinya jika melahirkan pada usia bayi 9
bulan maka tersisa waktu 21 bulan untuk menyusui (kurang dari 2 tahun). Jadi
secara umum para ibu melakukan
penyapihan pada usia anak sekitar 2 tahun atau lebih. Sebagaimana
kebijakan yang dikeluarkan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).
Meski demikian, persiapan penyapihan harus dilakukan beberapa bulan
sebelumnya dengan melibatkan semua anggota keluarga. Sebagai contoh dibuat
program khusus seperti minum jus bersama saat jadwal bayi menyusui untuk mulai
mengurangi jatah ASI, membacakan buku cerita atau berkisah ketika menjelang
tidur untuk mengalihkan fokus anak dan lainnya. Mengungkapkan alasan secara
bijak pada bayi agar ia bersiap tidak menyusui dengan sang ibu juga harus
dilakukan.
“Adek sudah pintar makan, sudah punya banyak gigi jadi adek tidak menyusu
dengan Bunda lagi. Tapi Bunda tetap sayang sama adek.” Bukan menakut-nakuti
bayi atau mencari alasan yang tidak benar.
“Susunya pahit, adek tidak usah nyusu Bunda lagi.” Pernyataan ini selain
berbohong juga membuat anak merasa kecewa.
Mengurangi kualitas dan kuantitas menyusui secara berangsur juga
bermanfaat untuk mengurangi resiko payudara membengkak. Kebiasaan untuk
mengoleskan sesuatu seperti lipstik, arang dan sebagainya pada puting dengan
tujuan agar bayi tidak lagi menyusu bukanlah cara yang baik. Bisa saja
mengakibatkan iritasi pada payudara serta berpeluang membuat bayi keracunan.
Selanjutnya adalah meyakinkan pada anak bahwa tahap penyapihan bukan
berarti berkurang kasih sayang ibu. Memeluk anak lebih banyak adalah salah satu
cara agar anak paham bahwa ia tetap dicintai. Meskipun ibu harus konsisten
menolak permintaan anak menyusu tetapi lakukan dengan penolakan yang lembut.
Bila ternyata bayi mengalami gangguan kesehatan bisa dikonsultasikan ke tenaga
kesehatan apakah tetap melanjutkan proses penyapihan atau dihentikan dulu
sampai menunggu kondisi anak sehat.
Nah, jika tahapan tersebut dijalani dengan baik oleh ibu dan anak serta
dukungan anggota keluarga maka ‘ketegangan’ penyapihan bisa diminimalisasi.
Balita dapat melalui masa penyapihan dengan kepercayaan diri yang tumbuh
dari kehangatan cinta orang tua. Dan ini
menjadi investasi berharga untuk
menumbuhkan karakter tangguh pada jiwa anak.
Bagus banget tips nya . .
BalasHapusAlhamdulillah. Terima kasih
BalasHapus